Headline News

Saepuloh, Pejuang Cuanki Dari Garut, 13 Tahun Menyusuri Gang Kecil dan Kantor Instansi di Karawang Demi Keluarga

Foto : Saepuloh, Pedagang Cuanki asal Garut yang berdagang di Karawang.

Nuansametro.com - Karawang | Di balik gemuruh kota dan lalu lintas yang padat, terdapat kisah sederhana namun penuh semangat dari seorang pedagang asongan bakso cuanki bernama Saepuloh. Pria berusia 31 tahun asal Desa Singajaya, Kabupaten Garut, ini telah 13 tahun mengais rezeki dengan berjualan cuanki (somay kuah) di wilayah Tanjung Pura, Kecamatan Karawang Barat.

Setiap hari, Saepuloh memanggul tanggungan berisi bakso cuanki dan berkeliling menyusuri gang-gang kecil di sekitar Kelurahan Tanjung Pura. Dengan sepotong bambu kecil di tangan, ia mengetuknya perlahan – tok... tok... tok – sebagai penanda kehadirannya. Tak jarang, ia juga menyambangi kantor-kantor instansi pemerintah, berharap dagangannya laris dibeli para pegawai.

"Saya berkeliling dari pagi sampai sore, kadang juga malam kalau masih kuat. Rezeki ya alhamdulillah, ada saja. Kadang rame, kadang sepi, tapi saya tetap bersyukur," ujar Saepuloh saat ditemui NuansaMetro.com.

Saepuloh bukanlah pemilik usaha, melainkan hanya mendagangkan dagangan milik seorang atasan. Meski begitu, ia tetap semangat bekerja, karena dari hasil itulah ia bisa mengirim nafkah untuk istri dan anak semata wayangnya yang tinggal di kampung halaman di Garut.

"Kalau lagi rame bisa dapat untung Rp100 ribu sehari. Tapi kalau sepi ya paling Rp50 ribu atau Rp60 ribu. Yang penting halal dan cukup untuk kebutuhan," tambahnya.

Meski hidup dalam keterbatasan, Saepuloh tak pernah kehilangan harapan. Ia tak malu berjualan keliling, bahkan bangga dengan pekerjaannya. Di usianya yang masih muda, ia sudah menunjukkan ketekunan dan kesabaran luar biasa dalam menjalani kehidupan.

"Kalau ada bantuan modal dari pemerintah atau siapapun, tentu saya sangat terbantu. Saya juga punya cita-cita buka usaha sendiri. Punya gerobak sendiri. Itu impian saya," ungkapnya dengan senyum tulus.

Kisah Saepuloh adalah potret nyata semangat juang masyarakat kecil yang tak kenal lelah demi masa depan keluarga. Di tengah hiruk-pikuk kota, suara ketukan bambunya adalah simbol harapan, kerja keras, dan ketulusan.


• Red 

0 Komentar

Posting Komentar
© Copyright 2022 - Nuansa Metro