Nuansametro.com – Lebak | Awan kelam menyelimuti kawasan Gunung Karangbokor, Blok Cibokor, Sawarna Bayah, Kabupaten Lebak. Wilayah sakral yang selama ini dijaga oleh kasepuhan dan masyarakat adat Baduy kini rusak oleh ulah tambang ilegal.
Seruan lantang muncul dari berbagai penjuru Banten, mengecam keras tindakan perusakan yang melukai alam dan budaya lokal.
Dani Saeputra, aktivis lingkungan berdarah Baduy, tak menutupi amarahnya. Ia menyebut perusakan Gunung Karangbokor sebagai tindakan biadab yang mencederai nilai-nilai leluhur.
“Ini bukan hanya kerusakan lingkungan. Ini adalah penodaan terhadap tempat suci kami,” ujarnya, Jumat (13/6/2025).
Dani menyoroti lemahnya pengawasan dan penegakan hukum. Ia mendesak Bupati Lebak, Gubernur Banten, dan DPRD segera turun ke lokasi tambang ilegal untuk melakukan inspeksi mendadak.
“Kami lelah dengan janji. Saatnya turun ke lapangan dan bertindak nyata,” katanya geram.
Dukungan juga datang dari tokoh karismatik Banten, Buya Sujana Karis. Dalam pernyataannya, Buya menyerukan agar Kapolda Banten bergerak cepat.
“Tangkap pelaku tambang ilegal dalam 1x24 jam! Jangan biarkan kejahatan terhadap alam ini terus berlangsung,” tegasnya.
Gunung Karangbokor, yang berada di kawasan hutan Perhutani Bayah Timur, dinilai sebagai wilayah sakral oleh masyarakat Baduy. Namun, Perhutani disebut pasif dan tidak melakukan langkah konkret meski kerusakan semakin parah.
“Kalau terus diam, Perhutani bisa dianggap turut andil dalam kerusakan ini,” kritik Dani.
Sementara itu, Sarkiman, anggota DPRD Lebak dari Fraksi Golkar, menyatakan akan menindaklanjuti persoalan ini dengan serius.
Ia berencana mendatangi Perhutani untuk memastikan legalitas aktivitas tambang, serta menjadwalkan inspeksi lapangan bersama Komisi III DPRD.
Kearifan lokal dan kelestarian hutan adat bukan sekadar slogan—itu adalah nyawa masyarakat adat Baduy. Jika Gunung Karangbokor roboh, maka kita semua turut kehilangan bagian dari sejarah dan jati diri bangsa.
• David Hardson
0 Komentar