Headline News

Grup Facebook 'Fantasi Sedarah' Gegerkan Karawang, DP3A Dinilai Tak Bertindak


Foto : Aktivis Sosial, Mohammad Heigel Yusuf 

Nuansametro.com - Karawang | Lonjakan kasus pornografi dan kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur di Kabupaten Karawang kembali mengundang sorotan tajam. Pemerhati pemerintahan sekaligus aktivis sosial, Mohammad Hiegel Yusuf, melontarkan kritik pedas terhadap kinerja Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DP3A) Kabupaten Karawang yang dinilainya tidak maksimal dalam menjalankan fungsinya.

"DP3A Karawang tidak becus kerja. Para pejabatnya hanya duduk manis di kantor, tidak ada investigasi lapangan, padahal persoalan di masyarakat sudah sangat mengkhawatirkan," tegas Hiegel saat ditemui di Kantor Jaringan Hukum Indonesia (JHI) Karawang, Sabtu (17/05/2025).

Menurut Hiegel, lembaga negara seperti DP3A seharusnya menjadi garda terdepan dalam menangani dan mencegah kekerasan seksual, khususnya terhadap anak. 

Ia menekankan bahwa pola kerja pasif yang hanya menunggu laporan dari masyarakat sudah tidak relevan dengan kondisi darurat saat ini.

“DP3A seharusnya bisa lebih proaktif. Jangan tunggu anak-anak menjadi korban baru bergerak. Mereka seharusnya rutin turun ke lapangan, menggandeng tokoh masyarakat dan lembaga hukum untuk pencegahan dan edukasi,” ujarnya.

Fenomena “Fantasi Sedarah” di Facebook Picu Kecemasan

Kekhawatiran Hiegel semakin memuncak setelah mencuatnya keberadaan grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah”, yang kini berganti nama menjadi “Suka Duka” untuk menyamarkan identitas. 

Grup ini berisi ribuan akun yang diduga memuat konten penyimpangan seksual, termasuk eksploitasi anak dan incest.

“Ini bukan sekadar grup abnormal. Ini sinyal bahaya yang sangat serius. Grup ini jadi ruang aman bagi predator seksual yang bisa kapan saja menjadikan anak-anak sebagai korban,” jelas Hiegel dengan nada prihatin.

Grup tersebut diketahui memiliki lebih dari 41.000 anggota, dengan sebagian anggotanya secara terang-terangan membagikan fantasi seksual terhadap keluarga sendiri, termasuk anak-anak di bawah umur. 

Narasi-narasi yang dibagikan sungguh mengerikan dan mengindikasikan kelainan seksual yang sangat merusak nilai moral, hukum, dan agama.

DP3A dan APH Diminta Bergerak Cepat

Hiegel mendesak DP3A Karawang dan aparat penegak hukum (APH), dalam hal ini Polres Karawang, untuk segera bertindak tegas dan tidak memberi ruang bagi para predator anak.

“Negara harus hadir. Jangan tunggu kasus viral dulu baru sibuk. Ini soal masa depan generasi bangsa. DP3A dan APH harus bersinergi, jangan saling lempar tanggung jawab,” katanya.

Ia juga meminta orang tua untuk lebih waspada terhadap aktivitas anak-anak, baik di dunia nyata maupun di media sosial. 

“Jangan anggap remeh perubahan perilaku anak. Bisa jadi mereka sedang dalam tekanan atau jadi target predator.”tegasnya.

Seruan Terakhir: Jangan Biarkan Karawang Jadi Sarang Predator Anak

Di akhir pernyataannya, Hiegel menegaskan bahwa kasus-kasus asusila terhadap anak di Karawang bukan sekadar statistik melainkan kenyataan pahit yang mengintai setiap keluarga. 

Ia berharap pemerintah daerah, terutama DP3A Karawang, bangkit dari ketidaksigapan dan mengambil langkah nyata untuk menyelamatkan anak-anak dari jerat kekerasan seksual.

“Karawang darurat moral. Jangan biarkan wilayah ini jadi ladang subur bagi predator seksual hanya karena institusi negara lalai menjalankan tugasnya,” tutup Hiegel.


• NP 

0 Komentar

Posting Komentar
© Copyright 2022 - Nuansa Metro