Nuansa Metro - Karawang | Program ruang kuliah kontainer yang diterapkan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) terus menuai sorotan. Salah satu alumni yang juga Pengurus Ikatan Alumni Unsika (IKA Unsika), Asep Agustian, menyatakan keheranannya terhadap pengadaan 40 kontainer atau peti kemas untuk ruang kelas di Kampus 2 Unsika. Ia bahkan meminta Aparat Penegak Hukum (APH) untuk segera menyelidiki dugaan adanya permainan di balik proyek tersebut.
Asep Agustian, yang juga menjabat sebagai Ketua DPC Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) Karawang, menduga pengadaan peti kemas ini bukan sekadar solusi cepat untuk menutupi kekurangan ruang kuliah, melainkan ada kepentingan pribadi segelintir oknum.
"Patut dipertanyakan, apakah pengadaan ini benar-benar murni solusi cepat untuk mahasiswa atau justru ada permainan di baliknya. Saya menduga ada potensi nilai cashback yang didapatkan oleh panitia pengadaan dalam hal ini Badan Layanan Umum (BLU) Unsika. Maka saya minta APH turun tangan untuk menyelidiki persoalan ini agar faktanya terang benderang," tegas Asep, Selasa (17/12/2024).
Sebagai alumni, Asep mengaku malu ketika mendengar mahasiswa Unsika harus belajar di peti kemas. Menurutnya, peti kemas adalah tempat untuk menyimpan barang mati, bukan tempat layak untuk proses belajar-mengajar mahasiswa.
"Saya malu mendengar kabar ini. Coba tanyakan kepada alumni lain, apakah mereka merasa hal yang sama? Sekarang kalau ada yang bilang, 'Oh, Unsika itu kampus yang mahasiswanya belajar di peti kemas', bukankah itu memalukan? Apa kita, para alumni, akan tinggal diam saja?" cetus Asep.
Lebih lanjut, Asep juga mempertanyakan kebijakan pihak Rektorat Unsika yang memilih solusi cepat namun dinilai tidak berkualitas. Menurutnya, pihak kampus seharusnya bisa berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah (Pemda) Karawang untuk meminjam atau menyewa gedung-gedung milik pemda yang tidak terpakai.
"Kenapa tidak koordinasi dengan Pemda Karawang? Saya yakin Pemda mau membantu jika ada permintaan. Misalnya, memanfaatkan aset-aset pemda seperti rumah susun, gedung diklat, atau gedung-gedung lain yang tidak digunakan. Solusi ini pasti lebih hemat anggaran dan lebih layak," ujarnya dengan nada kesal.
Asep berharap pihak Rektorat Unsika segera memberikan penjelasan yang transparan terkait pengadaan ruang kuliah kontainer ini.
Menurutnya, mahasiswa sebagai pihak yang paling terdampak layak mendapatkan fasilitas yang lebih baik untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.
"Saya berharap pihak kampus bisa memberikan solusi yang lebih bijak dan transparan. Jangan sampai masalah ini terus bergulir dan merusak citra Unsika di mata masyarakat, apalagi di mata para alumni," pungkasnya.
• Red
0 Komentar