Nuansa Metro - Karawang | Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-391, Kabupaten Karawang mencatat prestasi luar biasa dengan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dan rekor dunia, melalui penyajian 1.600 tumpeng yang ditata membentuk peta Kabupaten Karawang. Namun, di tengah kesuksesan tersebut, muncul kritik terkait pembuangan nasi tumpeng setelah acara berakhir, yang dinilai sebagian masyarakat sebagai tindakan mubazir.
Tumpeng, yang menjadi simbol utama dalam perayaan ini, merupakan sumbangan dari berbagai pihak, termasuk perusahaan, lembaga, hingga perseorangan. Meski telah dibagikan secara gratis kepada warga, beberapa tumpeng terlihat dibuang ke tempat sampah, yang memicu perdebatan di kalangan masyarakat. Kritikus menganggap hal tersebut sebagai bentuk pemborosan makanan yang tidak sesuai dengan semangat perayaan.
Ketua DPC PDI-P Karawang, Taufik Ismail yang juga sebagai pengusung calon Bupati Karawang Aep Syaefuloh, memberikan klarifikasi terkait hal ini. Ia menyatakan bahwa tumpeng-tumpeng tersebut adalah bagian dari partisipasi masyarakat dalam pencapaian rekor MURI, bukan semata-mata berasal dari pemerintah daerah. Menurutnya, jika ada tumpeng yang sudah basi, memang tidak layak untuk dibagikan.
"Tumpeng itu merupakan partisipasi murni dari masyarakat Karawang. Kalau ada yang basi, tentu tidak elok untuk dibagikan. Namun, kritik tetap bisa muncul, dan itu hal yang wajar," ungkap Taufik Ismail kepada awak media.
Ia menambahkan, selain mendapatkan pengakuan dari MURI, pencapaian ini juga diakui sebagai rekor dunia untuk jumlah tumpeng terbanyak.
"Tim MURI yang hadir telah melakukan analisis dan memutuskan bahwa Karawang berhasil mencetak rekor dunia tumpeng terbanyak," tambahnya.
Taufik Ismail juga menekankan bahwa perayaan ini bukan hanya tentang jumlah tumpeng, tetapi juga tentang memperkenalkan identitas budaya Indonesia. Tumpeng, sebagai salah satu kuliner tradisional, memiliki makna penting dalam berbagai acara di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
"Ini bukan sekadar rekor, tetapi juga upaya kami memperkenalkan tumpeng sebagai salah satu warisan budaya kuliner Indonesia di tingkat internasional," jelasnya.
Menanggapi kritik yang muncul, Kang Pipik mengajak masyarakat Karawang untuk tetap berpikir positif dalam merayakan HUT Karawang ke-391.
"Kritik itu wajar, dan kami juga berhak memberikan klarifikasi. Mari kita doakan agar Karawang semakin maju, bersahabat, dan nyaman di masa depan," pungkasnya.
Dengan pencapaian ini, Kabupaten Karawang telah berhasil membawa warisan budaya tumpeng ke panggung internasional, sekaligus memberikan warna tersendiri dalam perayaan HUT yang ke-391.
• Red