Nuansa Metro - Karawang | Program Indonesia Pintar (PIP) di Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat masih saja menimbulkan kegaduhan. Seperti yang terjadi di Desa Jayamukti Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.
Salah seorang wali murid SDN Jayamyukti berinisial A mengungkapkan kepada jurnalis Nuansa Metro, bahwa sebelum pemilu 2024 buku rekening PIP dikumpulkan oleh seseorang berinisial Y yang tak lain aspirator salah satu partai, alasannya akan ada pencairan.
Menurut A, anaknya itu sudah dua tahun sebagai penerima bantuan program Indonesia pintar reguler, yang buku rekening nya juga ikut dikuasai oleh aspirator Y.
"Awal bicaranya akan ada pencairan ternyata setelah pemilu pun, dana PIP itu tidak ada pencairan hingga saat ini, tentunya membuat para orang tua murid menjadi resah," kata A.
Setelah tidak adanya kepastian dari pihak aspirator berinisial Y itu, para orang tua murid akhirnya mempertanyakan hal tersebut kepada pihak sekolah.
"Karena para orang tua murid tidak ada yang berani mengadu ke pihak sekolah, akhirnya saya yang menjadi perwakilan untuk menanyakan perihal itu kepada pihak sekolah. Setelah kami datang, pihak sekolah pun merasa senang dengan adanya pengaduan ini. Karena kami merasa dirugikan, tidak bisa mengecek atau mengambil dana PIP tersebut karena buku rekening nya di kuasai oleh Y," ujarnya.
Setelah A menyampaikan hal tersebut, kepala SDN Jayamyukti pun menyarankan agar buku rekening PIP tersebut segera diambil ke Y, karena buku rekening PIP itu hak murid dan harus disimpan oleh murid yang bersangkutan, bukan oleh orang lain.
"Ibu kepala sekolah dengan adanya pengaduan ini, menyarankan agar buku rekening PIP itu harus dipegang oleh murid yang bersangkutan, bukan dikuasai oleh pihak lain," imbuhnya.
Selain itu juga, A mengungkapkan adanya dugaan pungutan dana PIP yang dilakukan oleh Y sebesar 100 ribu per murid yang mendapatkan bantuan PIP.
"Kami dapat dana PIP sebesar 450 ribu namun dipotong seratus ribu rupiah per murid. Caranya setelah ada pencairan, Y minta langsung ke orang tua murid setelah keluar dari Bank. Bahkan PIP aspirasi awalnya dipintai 150 ribu permurid," tandasnya.
Hasil penelusuran Nuansa Metro ke SDN Jayamukti pada Rabu (8/5/2024), kegaduhan tersebut diduga karena Aspirator PIP menguasai buku rekening siswa peserta PIP.
Salah seorang guru SDN Jayamukti mengungkapkan kepada Nuansa Metro, bahwa semenjak PIP ada yang melalui Aspirasi (Pokir, red), PIP yang reguler juga ketarik kesana.
"Kebetulan PIP yang aspirasi ada yang megang, bukan dari pihak sekolah tapi Pak Yaya dari PKB," kata guru tersebut.
Menurut guru tersebut, orang tua siswa banyak yang mengeluh kepada pihak sekolah, dikarenakan buku rekeningnya diduga dikuasai oleh Y.
"Kepala sekolah juga pernah ngomong ke aspirator itu, jangan sampai ketika ada masalah malah sekolah dibawa-bawa, padahal sekolah kan tidak tahu apa-apa," tutur guru itu.
Lanjutnya, ketika Yaya mengumpulkan wali murid, pihaknya tidak mengizinkan di sekolah, soalnya pihak sekolah tidak tau apa-apa, dikhawatirkan sekolah nantinya yang disalahkan.
Guru itu juga menjelaskan, bahwa orang tua siswa pernah sampai mendatangi rumah aspirator yang menguasai buku rekening siswa.
"Kalau yang reguler, sekolah yang mengajukan. Waktu PIP reguler setiap mau cair yang megang bukunya juga orang tua siswa, sekolah ga megang. Untuk pencarian pun harus mereka masing-masing, tidak bisa oleh sekolah," jelasnya.
"Kemarin-kemarin kan sempet ribut, orang tua siswa pengennya PIP diurus sama sekolah. Kepala sekolah menyarankan untuk mengambil saja buku rekeningnya. Mungkin ibu-ibu pada datang ke rumahnya Pak Yaya, nah besoknya Pak Yaya datang ke sekolah, tapi infonya buku rekening itu sekarang masih dipegang Pak Yaya," tandasnya.
Dihari yang sama, Yaya saat dikonfirmasi di rumahnya mengakui bahwa buku rekening siswa peserta PIP sebanyak 95 buku rekening berada di tangannya.
"Memang benar buku rekening itu ada di saya sebanyak 95 buku rekening. Itu bukan saya sita tapi saya itikad baik untuk pengamanan jangan sampai hilang," ungkap Yaya kepada Nuansa Metro.
Menurut Yaya, bahwa PIP tersebut berasal dari aspirasi anggota dewan partai PKB.
"Memang saya sebagai LPP PKB Banyusari harus menjadi marketing untuk memenangkan partai dan dewannya. Saya pun sebagai aspirator tentunya memanfaatkan bagaimana pun caranya dong," ungkap Yaya.
Saat ditanya mengenai potongan dana PIP yang didapat oleh siswa, Yaya mengaku tidak mematok nilainya.
"Saya mengklarifikasi hal ini, saya tidak di mematok harus sekian-sekiannya. Paling ada yang ngasih buat beli rokok, 10 ribu hingga 50 ribu. Dan juga para orang tua murid pernah ngeluh ke saya, kalau buku rekening disimpan di sekolah, kalau pas pencairan suka ada potongan langsung bagi murid yang memiliki tunggakan," ujarnya.
Yaya juga menjelaskan, bahwa pencairan dana PIP SDN Jayamukti di BRI Gempol kecamatan Banyusari Karawang.
"Kelas I sampai kelas V dapatnya Rp 450.000 kalau yang kelas VI Rp 225.000. Dan yang 95 siswa itu tidak cair semua, pencairannya bergantian atau di rolling," pungkasnya.
• Red